- Schuyler POV –
Keeskokan harinya,
di sekolah. Aku melangkahkan kakiku ke arah sekolah ini. Indonesia, kira-kira
negara seperti apa Indonesia itu? Baik? Atau bahkan jahat? Akankah Indonesia
ini - entah seperti apapun itu – sama seperti Amerika?
“Hai! Anak baru?”
Ada seorang laki-laki yang
menyapaku dalam bahasanyang aku bahkan tak mengerti. Semua kepindahan ini,
semua datang secara tiba-tiba. Ayah dan ibu tidak pernah merencanakan akan
tinggal di sebuah negara bernama Indonesia. Tepatnya, Jakarta. SMAK KRIZA tetap
menjadi suatu nama yang aneh bagi telingaku.
“Ah, maaf, aku belum lancar
berbahasa Indonesia. Itu mengapa aku mengikuti kelas Internasional.” Ucapku.
Kulihat kepalanya yang mengangguk, mungkinia mengerti apa yang aku maksud.
Baiklah, itu bagus.
“Ah, aku mengerti.
Bagaimana jika kau aku kenalkan kepada teman-temanku? Oh, namaku Jamie.
Teman-temanku ada di kelas reguler, begitupun denganku. So, let’s go?”
Anak laki-laki ini.
Entah mengapa, ada yang menarik dari dirinya. Ia terlihat pintar. Entah
terlihat itu sama dengan asumsui / kepercayaan tetapi aku hanya melihat bukti
fisik yang mungkin orang lain dapat mengiranya. Tapi, mungkinkah?
“Okay. Let’s go.” Jawabku.
Aku mengikuti
langkah kakinya. Ke kiri, ke kanan, lurus, belok sini, lorong ini... sampai
kapan penderitaan ini akan berakhir? Rasanya, pantai masih menjadi tempat yang
cocok untukku menenangkan diri. Hamparan pasir putih yang sebanding dengan air
laut yang biru, indah dan menenangkan.
“Nah, disini. Val,
Hyosung, Anja, ini...”
“Schuyler. You should call me by that.
S-c-h-u-y-l-e-r. It’s pronounced Skailer.” Ucapku. Entah itu perkenalan
diri / pembelajaran bagi mereka. Okay, keduanya.
“Oh, Schuyler. I’m Hyosung, and this is
Valerie. And that one, Anja.”
Aku tersenyum.
Mungkin ini dapat menjadi kesempatan bagiku melupakannya yang sudah bersama
“yang lain”.
“Hi. Senang bertemu
dengan kalian semua. Oh, apa ini kelas internasional? I’m looking for it.” Ucapku. Sedikit, aku melirik seseorang yang
duduk di belakang pojok dekat jendela. Sinar matahari membuat sudut jendela itu
terlalu bersinar, membuatku penasaran siapa yang tengah duduk disana dan
menatap keluar. Seakan-akan menatap angan-angan yang telah pergi.
“Oh, kelas itu? Aku
tahu. Tepat di sebelah kelas ini. Kau dapat keluar dan menemukannya di sebelah
kiri ruangan ini. Disanalah kelas internasional. Dan, selamat datang.” Orang
itu, Hyosung? Anja? Atau Valerie? Entahlah. Aku tak bisa menghafal raut wajah
mereka dalam sepuluh menit. Lagipula, aku bukan detetif.
No comments:
Post a Comment