- Schuyler POV -
Baiklah. Aku masih
tak mengerti hari ini. Bayangkan saja, aku masih belum bisa menghafal
wajah-wajah itu. Aku hanya ingat ada seseorang yang seperti orang-orang di
video klip korean pop yang terkenal
itu. She’s so Korean. Satu lagi, looks so Indonesian. Dan yang satu
lagi... entahlah.
Hari pertama masuk
sekolah, aku bahkan belum bisa mengerti apa yang terjadi di kelas internasional
itu. Sedikit orang, entahlah. Aku bahkan mengakui bahwa otakku tak dapat
mengingat secara cepat. Butuh 1-2 minggu untuk itu.
Ah, laki-laki itu. Ya,
tentu aku mengingat laki-laki cina yang selalu bersama Daniel. Aku bahkan tak
tahu ia telah menapakkan kakinya di Indonesia. Ya, Luhan. Aku mengingatnya.
-Flashback-
“Kau Schuyler?”
Aku terdiam. Siapa? Aku
tak merasa diikuti sedari tadi. Aku pun berbicara tidak dengan suara yang
keras. Dia siapa? “Iya?” jawabku tanpa menoleh. Aku takut, sesuatu yang buruk
terjadi. Dan tiba-tiba aku mengingat saat ia memegang tanganku saat aku takut. Aneh,
namun air mataku jatuh lagi. Aku menahan suara isakanku. Namun percuma saja,
air mataku sudah jatuh ke lantai berornamen kayu itu. Coklat. Aku seperti
melihat semburat kehadirannya. Bayangan gelap yang tak dapat kuraih walau aku
berlari.
“Jangan menangis.”
Aku tersadar dari lamunanku.
Ia siapa? “Kau... siapa?” tanyaku yang masih sedikit terisak.
“Aku? Laki-laki yang
sedari tadi kau pandangi. Kau bertanya-tanya mengapa aku melihat ke arah jendela?
Iya?”
Aku terdiam. Air mataku
tiba-tiba tertahan, dan kepalaku secara tak sadar mengangkat dirinya sendiri
dan mataku dengan sendirinya menatap mata dan wajah orang itu. “A... Apakah
kita pernah bertemu? Apa aku mengenalmu?”
“Kau tidak mengenalku,
Schuyler. Aku juga tidak mengenalmu. Sedari tadi, aku melihat bayangan wajahmu
melewatu sinar matahari yang memantulkan wajahmu. Kau sangat cantik,
percayalah. Dan liontin itu sangat cocok menggantung pada lehermu. Kau tahu,
kita memang tidak pernah bertemu. Namun, ingatkah kau atas kejadian 4 tahun
yang lalu?”
Aku terdiam. 4 tahun
lalu? Entahlah aku masih mengingatnya atau sudah melupakannya. 4 tahun yang
lalu? Yang mana? Banyak hal yang terjadi
pada 4 tahun yang lalu. Apakah mungkin jika... “Berkaitan dengan...
Daniel?” tanyaku penasaran. Aku tak mungkin percaya apabila ia mengatakan hal
yang tak ingin aku dengar.
“Tentu saja. Ia meninggal
3 minggu yang lalu bukan? Dan itu mengapa kau pindah kemari? Melupakan Daniel?”
Aku terdiam, tak
tahu harus bicara apa, tak tahu harus melakukan apa. “Ba... Bagaimana kau...
tahu?”
-End of flashback-
“Schuyler.”
“Oh, what?!” aku tersadar dari lamunanku
itu. Akupun sedikit berteriak pada ibuku yang berada di luar kamarku.
“I got something. You’ll be accompanied by a
girl. In Indonesia. Starts tomorrow.”
“WHAT?! You’ve gotta be joking, Mom!” dan seketika itu
pula, aku punya rencana besar.
No comments:
Post a Comment