Tuesday, March 26, 2013

Chapter 6


Valerie’s POV

                Cause we were both young when I first saw you~...”, kuakhiri salah satu lagu Taylor Swift yang kubawakan malam ini.
                Suara tepuk tangan memenuhi seisi café itu. Kubungkukkan tubuhku, memberi hormat lalu kembali ke back stage. Vicha kini telah ada di panggung, giliran dia untuk perform sekarang. Kuletakkan gitarku di atas meja riasku dan kuhempaskan tubuhku ke kursi.
                Great performance!”, kata Aldi, pemilik Café Cherry ini, “And here’s your payment!”
                Thanks!”, kuhitung bayaranku hari itu, “Loh? Di, ini kebanyakkan!”
                Your bonus!”
                Really? You’re my greatest boss!”, kupeluk Aldi dengan perasaan euforia lalu segera memasukkan bayaranku ke dalam tas.
                “Anggap saja itu sebagai bantuan gua. Anyway, you better go now.”, ia menunjuk jam dinding yang ada di back stage sambil meringis.
                “Gila! Malam amat! Guw cabut dulu, ya!”, aku mengemasi barang-barangku lalu bergegas pergi.
***
                “Val, kantin nggak?”, ajak Lucy.
                Nope. Gue masih mau nyelesaiin mat dulu nih. Susah banget gila!”
                “Mau nitip?”
                No, thanks. Oh! Gue nitip izin nggak rapat OSIS aja deh!”,  ujarku sambil menunjukkan pose peace.
                “Dasar! Iya deh, nanti gue sampein, byeeee~”, Lucy pun beranjak pergi.
                Kulanjutkan pr mat Pak Piko yang akan diperiksa pada jam terakhir nanti. Bisa gawat kalau pr ini nggak selesai. Pak Piko kan terkenal galak, apalagi kalau alasanku nggak ngerjain pr itu karena kerja semalam.
                “Hahh... akhirnya!”, desahku sambil mengulet-uletkan tanganku. Tanganku serasa mati rasa setelah menulis sebanyak itu.
                Kupandangi seisi kelas, hanya ada Hyosung. Apa?! Hyosung?? Aku mengusap-usap mataku, memastikan bahwa itu benar-benar Hyosung. Ternyata itu memang Hyosung. Aku pun menghampirinya, berharap bisa mencari tau tentang dia dan menghapuskan rasa penasaranku.
                “Hmm... Hyosung kan ya?”, panggilku.
                Cewek itu menoleh ke arahku dan melihatku dengan tatapan yang tak bisa kuartikan.
                “Kamu memanggilku?”, akhirnya ia mengeluarkan suara setelah beberapa detik kami hanya bertatapan.
                “Kamu?”, kuulangi kata-katanya dengan nada yang terdengar cukup aneh. Kamu? Masih ada ya orang yang ngomong pake aku-kamu ke temennya? Kupaksakan diriku menahan tawa. Woi! Woi! Nggak sopan banget sih, sama murid baru juga! Dengan segera kutepis segala pikiranku yang tadi.
                “Hai, Aku Valerie, but you can call me Val, everyone calls me like that. And welcome to SMAK KRIZA!”, kuputuskan untuk memakai aku-kamu juga, terkesan lebih sopan menanggapi caranya bicara tadi sambil menyodorkan tanganku, senyum tersungging di bibirku.
                Hening... tak kunjung ada jawaban darinya.
                “Emm... Hyosung? Kamu punya nama Indonesia?”
                Ia menggeleng lalu kembali diam. Yang ia lakukan hanya menatap diriku lekat-lekat.
                Kok jadi awkward gini ya? Kuputuskan untuk kembali mencari topik pembicaraan yang mungkin dapat kami bicarakan. Rasa penasaranku lebih besar daripada rasa maluku.
                “Emm... udah keliling sekolah? Kalau kamu mau, aku bisa mengajakmu.”
                “Boleh.”, ia mengangguk kecil lalu bangun dari tempat duduknya.
                Akhirnya!! Ia bicara!

No comments:

Post a Comment