Valerie’s POV
“Cause we were both young when I first saw you~...”, kuakhiri salah
satu lagu Taylor Swift yang kubawakan malam ini.
Suara tepuk tangan
memenuhi seisi café itu. Kubungkukkan
tubuhku, memberi hormat lalu kembali ke back
stage. Vicha kini telah ada di panggung, giliran dia untuk perform sekarang. Kuletakkan gitarku di
atas meja riasku dan kuhempaskan tubuhku ke kursi.
“Great performance!”, kata Aldi, pemilik Café Cherry ini, “And here’s
your payment!”
“Thanks!”, kuhitung bayaranku hari itu, “Loh? Di, ini kebanyakkan!”
“Your bonus!”
“Really? You’re my greatest
boss!”, kupeluk Aldi dengan perasaan euforia lalu segera memasukkan
bayaranku ke dalam tas.
“Anggap saja itu
sebagai bantuan gua. Anyway, you better
go now.”, ia menunjuk jam dinding yang ada di back stage sambil meringis.
“Gila! Malam amat! Guw
cabut dulu, ya!”, aku mengemasi barang-barangku lalu bergegas pergi.
***
“Val, kantin nggak?”,
ajak Lucy.
“Nope. Gue masih mau nyelesaiin mat dulu nih. Susah banget gila!”
“Mau nitip?”
“No, thanks. Oh! Gue nitip izin nggak rapat OSIS aja deh!”, ujarku sambil menunjukkan pose peace.
“Dasar! Iya deh, nanti
gue sampein, byeeee~”, Lucy pun
beranjak pergi.
Kulanjutkan pr mat Pak
Piko yang akan diperiksa pada jam terakhir nanti. Bisa gawat kalau pr ini nggak
selesai. Pak Piko kan terkenal galak, apalagi kalau alasanku nggak ngerjain pr
itu karena kerja semalam.
“Hahh... akhirnya!”,
desahku sambil mengulet-uletkan tanganku. Tanganku serasa mati rasa setelah
menulis sebanyak itu.
Kupandangi seisi
kelas, hanya ada Hyosung. Apa?! Hyosung?? Aku mengusap-usap mataku, memastikan
bahwa itu benar-benar Hyosung. Ternyata itu memang Hyosung. Aku pun
menghampirinya, berharap bisa mencari tau tentang dia dan menghapuskan rasa
penasaranku.
“Hmm... Hyosung kan
ya?”, panggilku.
Cewek itu menoleh ke
arahku dan melihatku dengan tatapan yang tak bisa kuartikan.
“Kamu memanggilku?”,
akhirnya ia mengeluarkan suara setelah beberapa detik kami hanya bertatapan.
“Kamu?”, kuulangi
kata-katanya dengan nada yang terdengar cukup aneh. Kamu? Masih ada ya orang
yang ngomong pake aku-kamu ke temennya? Kupaksakan diriku menahan tawa. Woi!
Woi! Nggak sopan banget sih, sama murid baru juga! Dengan segera kutepis segala
pikiranku yang tadi.
“Hai, Aku Valerie, but you can call me Val, everyone calls me like that. And welcome to SMAK KRIZA!”, kuputuskan
untuk memakai aku-kamu juga, terkesan lebih sopan menanggapi caranya bicara
tadi sambil menyodorkan tanganku, senyum tersungging di bibirku.
Hening... tak kunjung
ada jawaban darinya.
“Emm... Hyosung? Kamu
punya nama Indonesia?”
Ia menggeleng lalu
kembali diam. Yang ia lakukan hanya menatap diriku lekat-lekat.
Kok jadi awkward gini ya? Kuputuskan untuk
kembali mencari topik pembicaraan yang mungkin dapat kami bicarakan. Rasa
penasaranku lebih besar daripada rasa maluku.
“Emm... udah keliling
sekolah? Kalau kamu mau, aku bisa mengajakmu.”
“Boleh.”, ia
mengangguk kecil lalu bangun dari tempat duduknya.
Akhirnya!! Ia bicara!
No comments:
Post a Comment