Valerie’s POV
Kulangkahkan kakiku
dengan bersemangat. Malam ini Jamie mau nembak Anja! Aku tak sabar menunggu
datangnya giliranku malam ini.
Memang, kerja part-time itu merupakan hal tabu bagi
semua siswa-siswi SMAK KRIZA. Tapi toh tak ada yang melanggar karena SMAK KRIZA
itu secara tak tertulis merupakan tempat berkumpulnya orang-orang kaya, jadi
mana perlu siswa-siswinya melanggar.
Sebenarnya aku juga
tak mau bekerja seperti ini. Menghasilkan uang dengan suaraku. Kurasa suaraku
itu tak pantas untuk dijual. Jujur, aku lebih suka menulis daripada menyanyi.
Namun, ini rahasia dari semua orang – bahkan mama tidak tau!
Lagipula menyanyi
itu lebih menghasilkan uang. Dan aku sedang butuh uang. Tak mungkin aku meminta
dari Anja ataupun Jamie, berhutang itu hal tabu bagi keluargaku. Tapi
untungnya, Anja dan Jamie telah berjanji untuk tidak membocorkannya ke sekolah.
Kini di hadapanku
berdiri kokoh bangunan bernuansa pink-putih
dan berplang ‘Cherry’. Kumasuki pintu
kaca itu, meskipun tanda ‘close’
masih menggantung disana. Angel dan Via telah ada disana, mengelap-ngelap meja.
“Malam, Ngel, Vi!”
“Hei, Val! Rico di
dalem tuh! Nyariin lu daritadi.” Sahut Angel tanpa menoleh ke arahku.
Rico? Ngapain dia
kesini? Memang gue ada janji sama dia ya?
“Oh, ok. Thanks.”
Kuulaskan senyum terbaikku sore itu dan bergegas menuju ke arah staff room.
“Valerie! My pal!” ujar seorang cowok berperawakan
tinggi dan berkulit sedikit hitam, tanda ia berjemur – bukan negro.
“You got a job for me?” kusahuti dia
dengan sedikit ketus dan langsung pergi ke lokerku, mengambil make-upku.
“Ayolah, Val. Jangan
ketus begitu. And, yes. I got a new job
for you. But, I don’t think you’ll like it.” Ia membalikkan tubuhnya agar
menghadap padaku.
“I need fast money, Co. Pembayaran untuk
minggu ini masuk kurang 3 juta.” Kupakai blush
on pink ke kedua pipiku.
“Well, you know, kalo lu mau, gua selalu
siap bantuin lu.” Mendengar perkataannya, kuhentikan kegiatan poles-memoles eye shadowku. Kuletakkan peralatan make
upku ke atas meja dan menatapnya sejenak.
“I really appreciate it, but no, thanks.”
Aku kembali melanjutkan pemakaian make-upku.
“Are you sure?” tanyanya. Dapat kulihat
bayangannya menaikkan salah satu alisnya dari cermin di hadapanku.
“Yep. So what’s the job?”
“Hmm... ada orang
luar yang baru datang. And katanya
orkay. Well, the daughter is coming here
to heal some past wounds and her dad want a girl, her age, to accompany her
EVERYWHERE.” Aku diam mendengarkan. Kedengarannya cukuo mudah. Namun itu
akan menghabiskan waktuku untuk kerja yang lain.
“And plus, she just moved into your school.”
Hah? Di SMAK KRIZA!?
“Are you crazy? Gimana kalo ketauan? Gue bisa
di DO!”
“Santai, Val! You can pretend to be her friend, and the
problem is solved!”
“Bayarannya?”
“Cukup menarik. 500
ribu per hari. And if you stay over at
her house, you’ll get another 100 thousand.” Waow. Itu banyak! “But watch out! Kalo lu ga memuaskan, lu
bakal langsung dipecat.”
Aku diam.
“Well, it’s your desicion. Call me if you
wanna do this job.” Lalu Ricopun beranjak pergi.
No comments:
Post a Comment