POV – Hyosung
“Eh! Lo udah coba ngobrol sama murid baru itu
belom?”
“Oh... Yang itu, kan?”, tanya orang itu sambil
menunjukku, “Dia cantik banget gila! Blaster Korea, sih... Nggak usah ditanya.”
Please deh, ya. Ngomongin orang tapi suaranya kedengeran sampe
ujung kelas. Bahkan kedengeran sama objek pembicaraanya! Mereka mikir gak, sih?
Baru 3 hari aku pindah ke negara
ini, Indonesia. Sebelumnya aku tinggal di Seoul, Korea Selatan. Ayahku
dipindah-tugaskan ke negara ini, entah untuk berapa lama. Awalnya, aku menyukai
lingkunagn baruku ini. Tapi, setelah aku mulai masuk sekolah hari ini,
perasaanku langsung berubah.
Aku ingin punya banyak teman.
Sungguh! Karena itu sejak tadi aku berusaha mencari teman. Tapi, saat aku
berjalan, semuanya menyingkir membuat jalan untukku. Saat aku berusaha
mendekat, mereka kabur dan bersembunyi di tempat yang masih memungkinkan bagi
mereka untuk melihatku. Arghh!!! Aku benci sekoalah ini!
Waktu berjalan sangat lambat
bagiku. Sekarang baru jam istirahat kedua. Aku ingin cepat pulang. Aku ingin
menghindar dari tatapan-tatapan yang menusuk dari murid-murid disini. Sejak
tado aku hanya duduk diam, berharap ada yang menghampiriku dan mengajakku
bicara. Tapi ternyata , nihil. Bahkan bukannya mengajakku bicara, mereka malah
membicarakanku.
KRINGG!!!
Bel selesai
istirahat berbunyi. Setelah ini pelajaran Biologi. Aku sudah membcaca buku
cetaknya dan ternyata pelajaranku di Seoul sudah jauh lebih dari itu. Aku bisa
berbicara dalam bahasa Indonesia karena ibuku adalah blasteran Indo-Amerika.
Dulu ia tinggal lama di negara ini. Ayahku orang Korea. Mereka bertemu saat ibu
sedang mengikuti pertukaran pelajar di Seoul.
Guru Biologiku berjalan memasuki
kelas. Kalau tidak salah, namanya Ibu Tanti. Ia tergolong pendek, dengan make-up tebal dan wedges hitam 10 cm. Wajahnya terlihat kejam. Singkat kata, aku
tidak suka orang ini. Aku sangat menyukai
wali kelasku, Ibu Ayu, katanya, dalam bahasa Jawa, Ayu itu artinya
cantik. Ya, dia memang cantik. Dengan make-up
tipis serta senyum tulus yang menghiasi wajahnya, aku yakin banyak laki-laki
yang terpikat padanya.
Di tengah kebosananku, aku
teringat sesuatu. Ya, benda itu! Aku mengeluarkan sebuah buku dari tas-ku dan
mulai menulis...
No comments:
Post a Comment