Tuesday, March 26, 2013

Chapter 1

POV – Hyosung

 “Eh! Lo udah coba ngobrol sama murid baru itu belom?”
 “Oh... Yang itu, kan?”, tanya orang itu sambil menunjukku, “Dia cantik banget gila! Blaster Korea, sih... Nggak usah ditanya.”
Please deh, ya. Ngomongin orang tapi suaranya kedengeran sampe ujung kelas. Bahkan kedengeran sama objek pembicaraanya! Mereka mikir gak, sih?
Baru 3 hari aku pindah ke negara ini, Indonesia. Sebelumnya aku tinggal di Seoul, Korea Selatan. Ayahku dipindah-tugaskan ke negara ini, entah untuk berapa lama. Awalnya, aku menyukai lingkunagn baruku ini. Tapi, setelah aku mulai masuk sekolah hari ini, perasaanku langsung berubah.
Aku ingin punya banyak teman. Sungguh! Karena itu sejak tadi aku berusaha mencari teman. Tapi, saat aku berjalan, semuanya menyingkir membuat jalan untukku. Saat aku berusaha mendekat, mereka kabur dan bersembunyi di tempat yang masih memungkinkan bagi mereka untuk melihatku. Arghh!!! Aku benci sekoalah ini!
Waktu berjalan sangat lambat bagiku. Sekarang baru jam istirahat kedua. Aku ingin cepat pulang. Aku ingin menghindar dari tatapan-tatapan yang menusuk dari murid-murid disini. Sejak tado aku hanya duduk diam, berharap ada yang menghampiriku dan mengajakku bicara. Tapi ternyata , nihil. Bahkan bukannya mengajakku bicara, mereka malah membicarakanku.
KRINGG!!!
Bel selesai istirahat berbunyi. Setelah ini pelajaran Biologi. Aku sudah membcaca buku cetaknya dan ternyata pelajaranku di Seoul sudah jauh lebih dari itu. Aku bisa berbicara dalam bahasa Indonesia karena ibuku adalah blasteran Indo-Amerika. Dulu ia tinggal lama di negara ini. Ayahku orang Korea. Mereka bertemu saat ibu sedang mengikuti pertukaran pelajar di Seoul.
Guru Biologiku berjalan memasuki kelas. Kalau tidak salah, namanya Ibu Tanti. Ia tergolong pendek, dengan make-up tebal dan wedges hitam 10 cm. Wajahnya terlihat kejam. Singkat kata, aku tidak suka orang ini. Aku sangat menyukai  wali kelasku, Ibu Ayu, katanya, dalam bahasa Jawa, Ayu itu artinya cantik. Ya, dia memang cantik. Dengan make-up tipis serta senyum tulus yang menghiasi wajahnya, aku yakin banyak laki-laki yang terpikat padanya.
Di tengah kebosananku, aku teringat sesuatu. Ya, benda itu! Aku mengeluarkan sebuah buku dari tas-ku dan mulai menulis...

No comments:

Post a Comment