Monday, April 8, 2013

Chapter 21


Valerie’s POV

“Val! Here’s your fee for these days.”,  kata Tante Lizzie.
“Oh, thank you, Ma’am.”
Akhirnya aku mendapatkan gajiku untuk beberapa hari ini. Berhubung uangnya sudah berlebih, aku memutuskan untuk tidak menginap lagi. Kini... aku harus meninggalkan rumah ini.
Akupun berjalan pelan ke rumah. Tiba-tiba salah satu lagu Taylor Swift ‘Speak Now’ mengalun, tanda ada telepon masuk. Anja? Oh iya, Anja! Gimana ya keadaan dia sekarang?
“Anja? Nja, lu baik-baik aja kan?”
“Hiks...”
“Anja?? Lu di rumah kan? Gue kesana sekarang!”
***
Sesampainya di rumah Jamie dan Anja, aku langsung bergegas masuk. Mobil Jamie tidak ada. Berarti dia belum pulang. Sedangkan rumah itu tak terkunci. Hal itu menambahkan bukti betapa labilnya Anja saat ini.
Dengan segera ku gembokkan pagar rumah serta pintu depan rumah Anja. Kulangkahkan kakiku ke dalam lalu naik ke atas.
“Anja!”
Tak ada jawaban. Dimana Anja? Kubuka salah satu pintu yang ada disana dengan jari telunjukku mendorongnya. Pintu itu melayang terbuka dengan perlahan.
“Anja! Lu kenapa!?!?”
Anja tampak berantakan. Ia tampak kacau sekali. Rambutnya berantakan dan mukanya pucat. Anja... apa yang telah terjadi??
***
“Nja, lo mesti dengerin gua!!”, teriak Jamie.
Ini adalah kesekian kalinya ia meneriakkan itu. Sedangkan Anja hanya diam terpaku, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tubuhnya membelakangi pintu kayu yang memisahkan kami dengan Jamie. Aku duduk di depannya dengan tatapan yang aku sendiri tak bisa artikan.
“Anja!!”
Di tengah teriakan-teriakan itu, terdengar samar lagu Speak Now lagi. Kugapai HP-ku yang tadi kujejalkan ke dalam tas begitu saja. Unknown number.
“Ya, ini siapa ya?”, tanyaku dengan sedikit keras, berusaha mengalahkan suara Jamie.
“Emm... ini dik Valerie?”
“Iya, dengan saya sendiri. Maaf, ini siapa ya?”, dalam hati aku mencoba mengingat-ingat suara perempuan di seberang.
“Emm... ini Rumah Sakit Healthy Family, sebenarnya... keadaan ibu Dik Valerie...”
“Mama!? Mama kenapa, Sus?!?! Kenapa?!”
Teriakan Jamie dan isakkan pelan Anja terhenti begitu mendengar seruanku. Atau mungkin saja itu hanya perasaanku saja karena entah kenapa aku merasa saat itu heningggg... sekali.
“Ibu adik...”

No comments:

Post a Comment